Saturday, March 15, 2008

Minggu Pagi di Simpang Lima

Minggu 16 Maret 2008, hari ini, pagi-pagi sekitar pukul 05. 30 WIB saya keluar dari daerah kekuasaan saya (kos-kosan maksudnya) bersama seorang teman perempuan. Sohib saya yang satu ini ingin belanja pakaian di pusat perbelanjaan Simpang Lima. Pertanyaannya sekarang, sudah adakah kios yang buka sepagi itu?

Jawabnya ada di cerita saya berikut. Cerita ini tidak wajib dibaca untuk orang yang sudah mengerti atau orang asli Semarang. Tapi, tentu saja tidak berdosa kalau membacanya..he2..

Setiap hari Minggu pagi, biasanya dimulai dari Sabtu sore, banyak pedagang bertumpah ruah di alun-alun Simpang Lima. Mereka menawarkan beraneka macam dagangan, lumayan lengkap lah. Ada pakaian, sandal, meja belajar, jajanan pasar hingga kue-kue macam brownis dan tempura, buah-buahan, buku bekas, obat-obatan tradisonal, bumbu-bumbu masak, poster-poster artis, hingga permainan lempar gelang ke botol. Asyik berbelanja dan asyik bermain.

Mungkin hal ini tak berbeda dengan pasar-pasar kebanyakan tapi kemunculannya yang tidak tiap hari membuat keramaian pagi di Simpang Lima tampak eklusif.

Dulu, setahun atau dua tahun yang lalu, saya sering berkunjung ke pasar pagi tersebut. Saya dan teman-teman yang memakai jilbab, biasanya lebih suka berburu jilbab di sana. Di samping harganya yang lebih murah, jilbab yang ditawarkan bervariasi dan sesuai trend yang ada.

Selain jilbab, teman-teman saya hobi sekali nyari awul-awul. Awul-awul ialah pakaian second yang masih layak pakai. Dengar-dengar sih barang-barang itu import dari Malaysia, Singapura, Korea dan negara-negara lain. Alasan mereka yang suka buru awul-awul adalah soal harga yang tentu saja sangat murah. Dan jika pintar memilih bisa dapat yang benar-benar bagus. Sepuluh ribu bisa dapat tiga potong baju. Harga yang menakjubkan tapi saya sendiri tidak tertarik.

Ketidaktertarikan saya tentu bukan karena gengsi, namun lebih kepada harga diri bangsa (ceile..he2). Jika barang-barang mewah seperti elektronik saja kita import, layakkah sampah-sampah seperti itu juga harus diimport?

Jika teringat import kondom bekas perusahaan Latex yang sempat heboh beberapa bulan lalu, saya merasa miris sendiri. Namun semua terserah pribadi masing-masing. Tiap orang punya niat dan pertimbangan sendiri untuk memutuskan sesuatu, termasuk minat membeli awul-awul.

Terlepas dari itu semua, berkunjung ke Simpang lima tetap punya sensasi tersendiri. Menikmati segarnya pagi di ibu kota Jawa Tengah dan berkeliling menyusuri kota jika Anda berminat menyewa andong untuk jalan-jalan. Bagi yang suka ngeceng, tentu saja tak akan rugi. Perempuan-perempuan cantik maupun pemuda-pemuda ganteng banyak yang berkeliaran di sana. Silakan dibuktikan jika Anda mampir ke kota Lunpia tersebut.

6 comments:

GagasanRingan said...

wah mbake memang hebat. cerita simpang limane lengkap banget, malah sampe mbahas kondom barang e ...
mbak, kalo awul-awul aja banyak di temukan di smg, di batam lebih 'gila' lagi. apalagi di batam, s'pura, m-sia tinggal nyebrang bahkan mata tekanjang dapat melihat dgn jelas pusat kota mereka. bener mbak, mau ditaruh dimana harga diri negara kita ....?
mbak, jateng lagi pilgub kan? pilih mana nih?

Jawa said...

wah masih bingung nih mo pilih yang mana.ada masukan ga? he3...

Caricature and Karikatur said...

heh... bos..bos... aku bukan bosmu... :D

Jawa said...

eh didoain kok ga mau...yo wes...

Arip said...

Sudah lama nih gak ke simpang lima, kalo pulang enak lewat tol sih, langsung bablas...
Duh, tahu telur & tempe gembus bacem.

fatimah said...

assalamu'alaikum
mbak Wie jangan lupa bayar royalti ya dah nulis cerita kita....
heee