Friday, August 14, 2009

Mereka manusia hebat itu...

Dalam sebuah perjalanan dari Stasiun Senen ke Kebayoran Lama, tempat tinggal saya sementara di Jakarta, saya berbincang dengan seorang pria berumur sekitar 50 tahun.
“Dari mana?,” tanyanya pada saya.
“Dari stasiun Senen, nganter temen-temen balik ke Semarang, Pak. Teman-teman main ke Jakarta. Ada acara,” kataku.

Sepanjang perjalanan, sang Bapak mengajak ngobrol banyak hal. Dari hal macam kenapa perempuan-perempuan itu (sambil menunjukkan jarinya ke perempuan-perempuan di luar bus yang bergerombol) tak memakai jilbab, hingga isu terhangat mengenai Nordin M Top. Saya menanggapi sekenanya, sebatas pengetahuan yang saya punyai. Namun, yang agak membuatku tertarik adalah mengenai selorohnya tentang seorang pemuda yang membawa gitar sambil menyanyikan sebuah lagu. Pemuda itu berdiri di sela-sela kursi bus, tempat biasa penumpang hilir mudik naik turun bus.
“Kok bisa ya dia hidup dengan kerjaan seperti itu?,” katanya.
“Realitanya mereka bisa,” kataku.
“Orang-orang yang berani hidup di Indonesia apalagi di Jakarta, menurutku adalah orang-orang hebat,” tambah saya padanya.

Hidup adalah perjuangan, terlebih hidup di Indonesia. Mengapa? Apa pun memakai duit.
Pernah, seorang kawan berseloroh, “buang air pun di sini pake duit.” Dan itu benar. Ketika membutuhkan kerja untuk berharap penghasilan, kita pun harus menyiapkan segepok uang terlebih dahulu. Seorang kawan dari Jakarta pernah mengatakan bahwa temannya mengeluarkan uang Rp 80 juta agar bisa menjadi pegawai kejaksaan. Yang tidak punya dana, bisa bekerja sebagai pengamen seperti pengamen di bus yang saya naiki. Atau bisa jadi buruh pabrik, dan kerjaan lain di luar sistem yang tak harus mematok harga untuk sebuah pekerjaan.

Kembali bicara mengenai seorang pengamen yang disangsikan bisa mencukupi kehidupannya hanya dengan bekerja sebagai pengamen. Dalam hal ini, yang dipertanyakan seorang bapak dalam bus tadi adalah penghasilan. Benarkah penghasilannya bisa mencukupi kebutuhan hidupnya? Wallahu A’lam. Hanya Tuhan, dia, & keluarganya yang mungkin mengetahuinya.

Mengenai pendapatan, saya punya cerita. Ini realita. Orang-orang sekitar Kudus, banyak yang bekerja di pabrik rokok. Teman saya, sebut saja Nik, ia buruh pabrik rokok besar di Kudus. Penghasilan yang didapat setiap harinya Rp6000,-. Ia berangkat bekerja mulai subuh, sekitar pukul lima pagi, hingga pukul dua siang. Bisakah ia hidup dengan penghasilan hanya sebesar itu. Yang lain, buruh payet baju (memasang pernak-pernik untuk menghias baju), mendapat upang perbajunya Rp500,-. Ini lebih miris lagi. Bagaimana mereka menghidupi keluarganya? Mereka yang mengerti caranya.

Orang-orang Indonesia, khususnya Jawa, terkenal dengan filosofi “nrimonya”. Bukan tipe manusia yang suka berontak dengan keadaan. Mereka akan berusaha menjalani hidup apa adanya dan selalu bersikap positif akan segala hal. Mungkin ini juga yang membuat orang asing tidak percaya bahwa masyarakat Indonesia masih bisa hidup dan bertahan dalam kondisi krisis yang berkepanjangan. Orang-orang Indonesia sudah terbiasa dengan penderitaan. Orang-orang Indonesia sudah lebih dahulu belajar bijak dalam penderitaan. MEREKALAH ORANG-ORANG HEBAT ITU…

Read More......